DEMAK – Babinsa Koramil 10/Guntur desa Tangkis Bersama dengan Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Demak meminta peternak mewaspadai ancaman penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) atau wabah penyakit kulit berbenjol pada hewan ternak sapi dan kerbau. Hal itu terutama setelah ditemukannya kasus LSD di Kendal, Jawa Tengah.
Lumpy Skin Disease (LSD) atau penyakit kulit benjol pada sapi kini telah ditemukan di Provinsi Riau, Indonesia. Sayangnya, hal ini terjadi saat harga daging sapi di Indonesia sedang mahal.
Diketahui, sebelumnya penyakit Lumpy Skin Disease juga terdeteksi di beberapa negara di Asia Tenggara lainnya, seperti Thailand, Malaysia, Vietnam, Myanmar, Laos, dan Kamboja.
Melansir laman Science Direct (7/3/2022), Lumpy Skin Disease adalah penyakit virus yang menyerang hewan ternak, disebabkan oleh Lumpy Skin Disease Virus (LSDV). LSDV adalah salah satu virus seperti cacar hewan.
Menurut Dokter hewan Anas dari Dinas Pertanian dan peternakan kabupaten Demak mengatakan dua minggu lalu kasus LSD sudah dilaporkan masuk di Kendal, Jawa Tengah. Maka kita harus segera melakukan langkah-langkah antisipatif dan membangun kewaspadaan, jangan sampai LSD masuk Demak, " kata Anas di Lokasi, Jum’at (3/2/2023).
Baca juga:
Mengenal Pupuk Dasar Menanam Cabai Rawit
|
“ penyebaran penyakit ini berbeda dengan PMK. Penyakit PMK penyebarannya melalui udara, sedangkan LSD ditularkan oleh vektor meliputi nyamuk, lalat penghisap darah, dan juga caplak. Kemudian, dampak yang ditimbulkan berupa nodul 1-7 sentimeter yang biasanya ditemukan pada daerah leher, kepala, kaki, dan ekor.
Pada kasus berat, kata dia, nodul-nodul ini dapat ditemukan di hampir seluruh bagian tubuh. Munculnya nodul ini, lanjut Anas, biasanya diawali dengan demam hingga lebih dari 40.5 derajat celcius. Nodul pada kulit tersebut jika dibiarkan akan menjadi lesi nekrotik dan ulseratif.
Tanda klinis lainnya yaitu lemah, adanya leleran hidung dan mata, pembengkakan limfonodus subscapula dan prefemoralis, serta dapat terjadi oedema pada kaki. Selain itu, LSD juga dapat meyebabkan abortus, penurunan produksi susu pada sapi perah, infertilitas dan demam berkepanjangan, hingga mengenai daging sapi.
“Informasi yang kami dapat penyakit LSD ini cepat sekali menular dari kandang hewan sapi, dibandingkan dengan sapi lepas atau extensi, ” kata Anas.
Meskipun tidak menular kepada manusia, Anas menegaskan, LSD berpotensi menimbulkan kerugian yang besar. Kerugian yang ditimbulkan sapi antara lain kehilangan berat badan karena he
wan tidak nafsu makan, kehilangan produksi susu, mandul pada sapi jantan dan betina, keguguran dan kerusakan pada kulit.
Maka dari itu, kata dia, pemberian vaksin untuk mencegah penyebaran penyakit LSD kepada sapi menjadi langkah konkret yang harus ditempuh sehinnga faktor risiko terjadinya infeksi Lumpy Skin Disease pada sapi dan kerbau bias di cegah secara dini diantaranya adalah kondisi lingkungan, letak demografi, manajemen peternakan, populasi vektor, dan data epidemiologi. Termasuk pergerakan hewan, virulensi virus, status imun, iklim baik angin dan curah hujan.
Redaktur : Makruf/Pendim 0716/Demak